Tingginya Harga Beras

 


Oleh : Halida Almafaza 

(Aktifis Dakwah Muslimah Deli Serdang)



Dilansir dari CNN Indonesia --Badan Pangan PBB alias Food and Agriculture Organization (FAO) was-was harga beras yang naik mencapai level tertinggi dalam 12 tahun bakal memicu lonjakan inflasi pangan di Asia. 


Ada dua biang kerok utama lonjakan harga beras yang mereka identifikasi. Pertama, larangan ekspor India sejak bulan lalu. Kedua, ancaman cuaca buruk akibat El Nino yang merusak produksi beras.


"Harga beras global sangat mengkhawatirkan. Yang jelas adalah volatilitas harga pangan akan terus berlanjut dalam beberapa bulan mendatang," kata Direktur Senior Bank Pembangunan Asia Qingfeng Zhang kepada CNBC, dikutip Rabu (23/8).


Beras merupakan salah satu bahan pokok masyarakat Indonesia. Sejak setahun terakhir, harga beras terus memanas. Hingga saat ini, harganya tidak kunjung turun, justru melambung tinggi.


Adanya persaingan pasar. Para pengusaha tidak mau rugi dengan usahanya. Mereka tidak peduli stok surplus ataupun minus, yang penting dapat untung. Lalu, adanya konversi lahan secara besar-besaran. Peralihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman atau industri membuat luas lahan pertanian makin sempit. Biaya produksi yang tinggi. Kenaikan pupuk dan tenaga kerja disinyalir juga berpengaruh pada kenaikan harga beras.


Krisis Pangan

Kenaikan harga ini jelas berdampak negatif bagi masyarakat. Penduduk yang berpenghasilan menengah ke bawah dapat dipastinya akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan beras yang layak makan. Tidak jarang mereka terpaksa mencampur beras dengan bahan makanan lain, seperti pisang, jagung, ubi.


Harga jual beras yang tinggi memang menguntungkan bagi para petani, tetapi nyatanya tidak semua. Hanya mereka yang punya dana besar yang tetap menanam padi. Sementara itu, bagi yang tidak memiliki modal, lebih memilih ke pertanian lainnya,malah membiarkan sawahnya tidak ditanami selama beberapa tahun.


Bagi masyarakat desa, naiknya harga beras bisa jadi juga tidak begitu terasa. Mereka masih bisa mendapatkan bahan makanan dari tanaman lainnya, Namun, berbeda dengan masyarakat kota yang notabene beras adalah pangan pokoknya. Jika harga beras naik dan kebutuhan pokok lainnya juga tinggi, pasti akan terasa berat bagi mereka. 


Belum lagi ditambah pengeluaran untuk transportasi, pendidikan, kesehatan, dll. Kalau harga beras ini terus naik, bencana kelaparan dan krisis pangan bisa saja terjadi dan tidak segan-segan memakan korban.


Butuh Kebijakan Tuntas

Sejauh ini, para pemangku kebijakan memang terus berusaha menormalisasi harga beras, seperti kebijakan impor beras, operasi pasar. Namun, setahun lebih upaya itu dilakukan, nyatanya harga pangan tidak kunjung turun.


Masalah lain yang sepertinya sulit diatasi adalah konversi lahan yang berhubungan dengan para kapitalis. Mereka membuka industri dan perumahan di lahan-lahan yang subur. Ini tentu mengurangi luas lahan pertanian. Meski ada upaya penanggulangan soal ini, belum ada kebijakan jelas, mengingat pendapatan pajak dari dunia industri dan perumahan juga cukup menggiurkan.


Tumpang tindihnya solusi sehingga tidak menyelesaikan masalah ini sejatinya memperlihatkan kelemahan negara dalam kedaulatan pangan. Negara hanya menjadi regulator, yaitu sekadar menjalankan regulasi mengikuti arahan para korporasi.


Pengaturan dalam Islam

Islam sangat memperhatikan masalah pangan karena merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Islam mewajibkan seorang pemimpin negara (khalifah) dan jajarannya untuk memenuhi seluruh kebutuhan rakyatnya, terutama dalam pangan. Dengan dorongan iman, mereka akan melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Karena mereka paham bahwa kepemimpinan adalah amanah yang akan diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat.


Dan islam mewajibkan pemerintah untuk menyediakan kebutuhan pokok. Tidak hanya memperkirakan kecukupan, tetapi memastikan kebutuhan setiap individu dapat terpenuhi. Islam mengharamkan pemerintah mematok harga, Islam juga memiliki mekanisme agar ketersediaan pangan dan harganya tetap terjaga.


Islam melarang kaum muslim bergantung pada asing agar negara bisa bersifat independen. Meskipun demikian, Islam tidak melarang impor, asalkan memenuhi kriteria syariat, seperti larangan bekerja sama dengan negara kafir harbi.


Negara juga mengatur distribusi hingga dapat meminimalkan biaya. Alhasil, harga bahan pokok tidak akan naik jauh Dan ada sanksi yang melakukan kecurangan semua dilakukan semata-mata dorongan iman dan taqwa kepada Allah hanya negara yang berlandaskan aqidah Islam yang dapat mewujudkannya.

Wallahu alam bisshawab

Comments

Popular posts from this blog

Danramil/ 05 Tanjung Balik Laksanakan Penanaman Vetiver

Latihan Staf Operasional Super Garuda Shield